Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar
Rp 2.000 per liter, kini mulai dirasakan para nelayan di Kabupaten
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Kenaikan BBM ini pun membuat para nelayan
harus memutar otak dalam menutupi kebutuhan hidup
sehari-hari. Pasalnya, biaya kebutuhan hidup meningkat sementara harga
ikan tidak mengalami perubahan.
"Biaya yang kami keluarkan dengan pendapatan sangat beda jauh, kami
selalu rugi," kata Udin (50) salah seorang nelayan, Pulau Panggang,
saat ditemui beritapulauseribu.com, Rabu (26/11/2014).
Menurutnya, sejak kenaikan BBM pada 18 November lalu, sebagian
nelayan yang berada di Kelurahan Pulaua Panggang Kepulauan Seribu Utara
belum melaut kembali. Selain harga solar subsidi naik, nelayan juga
sering kesulitan mencari solar eceran dipasaran.
"Saat ini, solar eceran belum datang dan masih menunggu orderan. Harga
solar eceran ini bisa melebihi harga resmi Rp 7.500 per liter," Kata
Udin
Hal senada juga diungkapkan Wijayanto (52) nelayan Kelurahan Pulau
Panggang. Sejak harga BBM mengalami perubahan dirinya belum kembali
melakukan aktivitas melaut. Ia masih berpikir ulang dan mengkalkulasi
untung dan rugi bila dipaksakan tetap melaut. "Kami
harus hitung-hitungan lagi biaya yang dikeluarkan dengan penghasilan
yang bakal kami dapat," katanya.
Mereka berharap, Pemerintah bisa lebih bijak, khususnya kepada
nasib nelayan kecil dan rakyat miskin lainnya, karena imbasnya merambat
kesmua sektor. "Kami harapkan kepedulian kepada kami rakyat kecil,
semoga harga-harga bisa kembali normal. Ketemu makan
saja kami sudah bersyukur," Pungkasnya.
Sumber : http://beritapulauseribu.com/berita-dampak-kenaikan-bbm-mulai-dirasakan-nelayan-di-pulau-seribu.html
0 komentar: